Sabtu, 09 Mei 2009

Mari kita yang mulai....

Entah berapa tahun sudah, pertikaian akan akan kehadiran sufisme tak jua berakhir. Berapa banyak waktu dan tenaga telah terkuras dan ribuan argumen untuk saling mematahkan jurus "musuh" digunakan tapi apa hasilnya? Di Jawa ada Syaikh Siti Jenar dan dibelahan bumi lainnya ada Al-Hallaj, Syaikh Jalaluddin Rumi, Syaikh Ibnu Arabi, Abdul Qadir Jilani dan entah berapa puluh lainnya yang kerap menerima cacian baik itu zindiq, sesat bahkan kafir. Hujatan terus diakukan tapi seiring dengan itu pecinta dan pengikut mereka terus bertambah secara signifikan. Sufi terus dicacaci tapi lidah yang dirahmati Allah ini tak pernah membalas kecuali dengan doa karena mereka adalah kita sebelumnya. Mari kita mulai dengan cara yang jauh lebih arif dengan memulai memandang mereka-sufi- sebagai bagian dari kita.


Mengapa mereka bergelar Syaikh dan siapa yang memberikannya? Adakah dari kita yang mampu mencopot gelar mereka ?


Lihatlah sebuah radio yang katakan memiliki 40 channel siaran. Setiap channel mempunyai ciri dan suara sendiri. Mungkin kita penggemar channel tertentu dan tak suka bahkan anti channel tertentu lainnya, itu boleh dan sah-sah saja. Tapi apakah kita bisa mematikan dan membunuh channel yang kita tidak suka ? Tanpa kita sadari setiap channel memiliki penyiar, iklan dan penggemar sendiri. Dan mungkin saja suatu saat kita akan memonitor channel itu walau sesaat, tanpa sadar tatkala kita bosan dan mencari gelombang lain. Semakin banyak penggemar siaran maka radiolah yang meningkat peminatnya. Para sufi siapapun mereka adalah radio yang hanya berbunyi karena batere. Tanpa batere mereka mati.


Lihatlah sebuah pohon,batang cabang dan rantinglah yang membuat pohon itu terlihat hidup dan besar. Kita berada dipohon yang sama tapi mungkin dicabang dan ranting yang berbeda. Mari kita jaga dan rawat pohon kita-bukan pohonku- dan rangkullah saudara kita karena kita makan dari akar yang sama. Wahai jiwa yang suci karena Allah semoga kedamaian dan keselamatan atas kami dan kamu dalam keberadaan dan tak kehadiranmu. Mulia dan tinggilah ISLAM mu.

2 komentar: